Senin, 02 Desember 2013
Bisnis Praktik Tak Beretika Semakin Mengkhawatirkan Yogyakarta
Kompas - Praktik bisnis tak beretika
di Yogyakarta semakin mengkhawatirkan, terutama di bidang pendidikan,
keuangan, dan bisnis properti. Tiap pengusaha diharapkan bisa secara
sadar melaksanakan bisnis beretika, sedangkan masyarakat serta
pemerintah harus terus mengawal.
"Catatan akhir tahun untuk bidang pendidikan, keuangan, dan bisnis
properti sangat buruk. Kami juga terus menyoroti bisnis tak beretika di
bidang perdagangan dan kesehatan," ujar Ketua Lembaga Ombudsman Swasta
(LOS) DIY Budi Wahyuni, Selasa (18/12).
Di bidang pendidikan, masih terjadi praktik pendidikan tak beretika,
seperti jual beli ijazah dan gelar. Beberapa lembaga pendidikan juga
menawarkan iming-iming lulus langsung kerja tanpa kejelasan sistem
perkuliahan. "Cenderung semakin kreatif untuk tidak beretika, padahal di
tengah kota pendidikan," ujarnya.
Pengaduan pelanggaran prinsip bisnis beretika di bidang properti juga
terus mengalir, antara lain menyangkut perizinan dan kualitas
konstruksi. Penipuan berkedok investasi banyak dijumpai.
Saat ini LOS sedang memproses praktik bisnis tidak beretika pada
outsourcing penyedia satpam. Beberapa pengaduan yang masuk ke LOS
menyebutkan, para satpam diperkirakan tak memperoleh pelatihan dan
pendidikan standar satpam. Padahal, mereka dikenai biaya pelatihan yang
biasanya dilimpahkan ke lembaga kepolisian.
Ketika berlatih di Kepolisian Kota Besar Yogyakarta, misalnya, para
satpam hanya diajari tentang baris-berbaris selama dua hari. Seusai
pelatihan, mereka juga tak memperoleh sertifikat. "Sehingga terjadi
kebingungan apakah sudah dianggap selesai mengikuti pelatihan satpam
ketika keluar dari outsourcing," ungkap Budi.
Meski upah minimum provinsi dipenuhi, satpam juga mengeluh tidak adanya
uang lembur ketika bekerja pada hari libur. Bisnis tak beretika di
kalangan outsourcing satpam terjadi di banyak tempat dan menimpa lebih
dari 600 satpam.
Berdasarkan pengaduan yang masuk, LOS akan mengundang pihak- pihak
terkait untuk memberikan keterangan. Penelusuran tentang kejelasan
masalah juga akan terus dilakukan. "Tak beretika karena tidak ada
transparansi," tutur Budi. (WKM)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar